POLA PERESEPAN OBAT DISPEPSIA DI PUSKESMAS GADANG HANYAR PERIODE JANUARI – MARET 2023
Isi Artikel Utama
Abstrak
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Banjarmasin 2019, dispepsia menempati urutan ke-6 dengan jumlah kasus sebanyak 25.085 kasus. Di Puskesmas Gadang Hanyar dispepsia merupakan sepuluh penyakit terbanyak pada tahun 2022 menempati urutan ke- 4 dengan total kasus sebanyak 790 kasus. Sehingga penggunaan obat dispepsia akan semakin banyak. Oleh karena itu perlu melihat pola peresepan obat dispepsia di puskesmas tersebut untuk memastikan ketersediaan obat yang ada sehingga dapat menunjang keselamatan,dan terjamin efektivitasnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pola peresepan obat dispepsia di Puskesmas Gadang Hanyar periode Januari – Maret 2023. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pengambilan data secara retrospektif dengan menggunakan teknik purposive sampling diperoleh sampel sejumlah 403 resep. Hasil penelitian didapatkan golongan obat yang paling banyak digunakan yaitu golongan obat Proton Pump Inhibitor (PPI) sebanyak 203 dengan persentase (46,03%), jenis obat yang paling banyak digunakan yaitu omeprazole sebanyak 164 dengan persentase (37,19%), pengobatan dispepsia tunggal yang terbanyak adalah omeprazole sebanyak 140 dengan persentase (38,36%). serta kombinasi obat yang paling banyak digunakan yaitu antasida dengan omeprazole sebanyak 13 dengan persentase (34,21%).
Rincian Artikel
Referensi
Aini, N. (2019). Pola Penggunaan Obat Pada Pasien Dispepsia Rawat Inap di RSUD Aek Kanopan Kab. Labuhanbatu Utara. Skripsi. Medan: Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Black, C. J., Paine, P. A., Agrawal, A., Aziz, I., Eugenicos, M. P., Houghton, L. A., Ford, A. C. (2022). British Society of Gastroenterology guidelines on the management of functional dyspepsia. BJM, 1699.
BPS. (2019). Jumlah Kasus 10 Penyakit Terbanyak di Kota Banjarmasin. Tersedia dalam banjarmasinkota.bps.go.id:
( daikses 9 Februari 2023)
Burmana. (2015). Ketepatan Teknik dan Saat Pemberian Obat Gastritis Pada Pasien Dewasa di Puskesmas Rawat Inap Kemiling Bandar Lampung Periode 2013. Skripsi. . Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Departemen Kesehatan RI. (2014) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2014 Tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Departemen Kesehatan RI (2019) Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2019 Tentang Pusat Kesehatan Masyarakat, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Djojoningrat, D. (2017). Dispepsia Fungsional; in Setiati, S. et al.(eds) Ilmu Penyakit dalam. Jakarta: InternalPublishing.
Evalina Ayu Wibawani, Y. F. (2021). Faktor - Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dispepsia Pada Pasien Rawat Jalan Poli Penyakit Dalam di RSUD KOJA. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, vol 17 no 1, 261.
Futagami, S., Yamawaki, H., Wakabayashi, M., Sakasegawa, N., Agawa, S., Higuchi, K.,Iwakiri, K. (2018). Management of functional dyspepsia : state of the art and emerging therapies.journals.sagepub.com, Vol.9 (1), 24-25.
Habibie, B. Y. (2021). Terapi Pada Dispepsia. Jurnal Penelitian Perawat Profesional, Volume 3 Nomor 3, 506-508.
Helen Nabila, N. M. (2022). Evaluasi pola penggunaan obat dispepsia berdasarkan indikator WHO (World Health Organization) pada pasien rawat jalan Puskesmas Karang Taliwang tahun 2019. Sasambo Journal of Pharmacy, 12-15.
Herman, S. H. (2020). Faktor Risiko Kejadian Dispepsia. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, Volume 9 Nomor 2, 1095.
Hasanah Nur. (2022). Profil dan karakteristik klinis penggunaan Obat Dispepsia. Jurnal Medika Udayana, vol.11
Katzung, B., Masters, S., & Trevor, A. (2014). Farmakologi Dasar Dan Klinik Edisi 12 . Jakarta,Indonesia: Penerbit Buku Kedokteran EGC .
Masruroh, A., Prabandari, S., & Purgiyanti. (2020). Pola Peresepan Obat Pada Pasien Dispepsia Di Puskesmas Wanasari Kabupaten Brebes. ejournal.poltektegal, 3-5.
Octaviana, & Anam. (2018). Faktor - Faktor Yang Berhubungan Dengan Upaya Keluarga Dalam Pencegahan Penyakit Dispepsia Di Wilayah Kerja Puskesmas Mangkatip Kabupaten Barito Selatan. Journal Langsat, vol.5 No.1, 11.
Purnamasari, L. (2017). Faktor Risiko, Klasifikasi, dan Terapi Sindrom Dispepsia. Continuing Medical Education, Vol.44 No.12, 870.
Putri, A. N., Maria, I., & Mulyadi, D. (2021). Hubungan Karakteristik Individu, Pola Makan, dan Stres dengan Kejadian Dispepsia Pada Mahasiswa Program Studi Kedokteran Universitas Jambi Angkatan 2018. JOMS, Vol.1 No.1, 36-37.
Putut, B. P. (2019). Dispepsia & Penyakit Refluks Gastroensofageal. Jakarta: EGC.
Ranie Setiyawati, D. H. (2021). Pola Peresepan Obat Dispepsia Pada Pasien Dewasa di Klinik Kimia Farma 275 Yogyakarta Periode Januari -April 2019. Akfarindo, Vol. 6 No. 1, 16-18.
Ristianingsih, R. (2017). Analisis Asuhan Keperawatan Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Nutrisi: Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh Pada Kasus Dispepsia Di Ruang Mawar RSUD Prof Dr. Margono Soekarjo Purwokerto. . Jawa Tengah: Universitas Muhammadiyah Gombong.
Rosyda Nur Afifah, ,. I. (2023). Hubungan antara stres dan kebiasaan makan dengan kejadian dispepsia pada mahasiswa pendidikan dokter Universitas Udayana. Intisari Sains Medis, Volume 14, 295.
Rumaolat, W., & Cahyawati, S. (2021). Faktor Risiko Kejadian Dispepsia di Wilayah Kerja Puskesmas Amahai. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 176.
Saputra Luky Moh. (2020). Gambaran Penggunaan Obat Antasida P.da Pasien Dispepsia Rawat Jalan di Puskesmas Tarub. ejournal.poltektegal.
Setiati, I, A., AW, S., B, S., & AF, S. (2014). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jili I.VI. Jakarta: Internal Publishing.
Sumarni, & Andriani, D. (2019). Hubungan Pola Makan Dengan Kejadian Dispepsia. Jurnal keperawatan dan Fisioterapi (JKF), Vol.2 No.1, 61-62.